Ingatan Kepada Kawan XVI
Siapa di belakang kita? – kataku: sekelumit cahaya dari celah pohon akal. akarnya dari dasar tanah budi — meranggas ke kebun janji yang telah lama terpateri. tompokan lalang dari benih iri dan putus asa telah lama terpancung dek tajamnya mata angin – terpental begitu saja. Siapa di belakang kita? – katamu: sekilas kilat dari rekahan awan alpa. silaunya dari lengkung langit rona — menggelepar ke bumi pora yang telah lama terseksa. jaluran pelangi dari gerimis dendam dan prasangka telah lama terpanggang dek pijarnya api sukma – ruyup entah ke mana Siapa di belakang kita? – katamu: kudengar berkali-kali jerit menggema dari tulangku ulang berulang pekik menggaung dari uratku golak bergolak lolong menggunung dalam darahku Siapa di belakang kita? – kataku: kudengar hanya sekali bisik merisik dalam kalbuku: “di belakang kamu, hanya debu. sejak dulu…” ZAEN KASTURI